DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.
(Ester monika, 2002 :
93)
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati.
Hepatitis virus adalah
istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis,
biokomia serta seluler yang khas.
(Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis adalah suatu
proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering
disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu
sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan
penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan
lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya
dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh
radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M.
Sholikul Huda)
Hepatitits adalah
suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia.
(Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus
merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
Dari beberapa
pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu penyakit
peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang
menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Jenis-jenis Hepatitis
Hepatitis
A
Dikenal dengan
hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA
terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi
hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh
berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis.
Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
Hepatitis
B
Penularan virus ini
melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks.
Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah,
pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang
terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan,
pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil
yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien
hemodialisa. Masa
inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6
bulan sampai timbul gejala klinis.
Hepatitis C
Dahulu disebut
hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang
ditularkan melalui suplai darah komersial.
HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui
tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat
injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja
perawatan kesehatan dan keamanan
masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180
hari.
Hepatitis
D
Virus ini melakukan
koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV
juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV
jadi dapat menyebabkan infeksi hanya
bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV.
Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien
tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa
inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya
hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian
Hepatitis
E
Virus ini adalah suatu
virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar. populasi
yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada
bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada
dewasa muda hingga pertengahan.
Kemungkinan
hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus
yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G
gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B
dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik.
Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
Etiologi
Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh
virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1) Virus
hepatitis A (HAV)
2) Virus
hepatitis B (HBV)
3) Virus
hepatitis C (HCV)
4) Virus
hepatitis D (HDV)
5) Virus
hepatitis E (HEV)
6) Hepatitis F
(HFV)
7) Hepatitis G
(HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal
adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah
tersebut lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa”
dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara
parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat
disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap
reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat
idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).
Tipe
|
Hepatitis
A
|
Hepatitis
B
|
Hepatitis
C
|
Hepatitis
D
|
Hepatitis
E
|
Virus
|
Jenishepatovirusdaripicornavirus
family
|
Hepadnavirus
|
Virus
rna genus hepaciviriusdarifamiliflaviridae
|
Virus
rna hepatitis delta atauhdv
|
Virus
darikotoran
|
Penyebaran
|
Fekal
oral melalui orang lain
|
Parenteral
seksual, parnatal
|
Parental
jarang, seksual, orang ke orang, perinatal
|
Parental
perinatal, infeksidari hepatitis tipe B
|
Fekal
oral
|
Keparahan
|
Ikerikdanasimtomatik
|
Parah
|
Menyebarluas,
dapatberkembangsampaikronis
|
Gagalheparakut
|
Gagalheparakut
|
Sumber
|
Darah,
feses,saliva, hepar, empedu
|
Darah,
saliva, semen, sekresi vagina,
|
Melaluidarah
|
Melaluidarah
|
Darah,
feses, saliva
|
Patofisiologi Hepatitis
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk
berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran
basar dan berwarna normal, namun kadang-kadang ada edema, membesar dan pada
palpasi “terasa nyeri di tepian”. Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan hepatoselular,
cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan periportal.
Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda.
Namun pada beberapa kasus nekrosis, nekrosissubmasif atau masif
dapat menyebabkan gagal hati fulminan dan kematian (Price dan
Daniel, 2005: 485).
2.3.5 Manifestasi Klinis Hepatitis
Menurut Arif mansjoer (2001:
513) Manifestasi klinis merupakan suatu gejala klinis tentang suatu
penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala klinis dari penyakit
hapatitis.
1)
Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan
nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.
2)
Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus
mula-mula terlihat pada sclera,kemudian padakulit seluruh
tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia,
dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3) Stadium
pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa,
yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanyaberbeda.
Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala
klinis lain yang dapat dilihat, sebagai berikut.
a) Gejala
yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi letih,
lesu, lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut
dan punggung, hati bengkak, bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila
sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi
kanker.
b) Virus B dan C
cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap ada sampai 6
bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi kanker.
Komplikasi sirosis meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
c) Virus C
tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
d) Gagal hepatitis
meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang otot, gerakan
khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.
Gejala –
gejala Hepatitis
Setiap proses peradangan akan menimbulkan
gejala. Berat ringannya gejala yang timbul tergantung dari ganasnya penyebab
penyakit (patogenitas) dan daya tahan tubuh penderita.
Secara umum penyakit hepatitis
mengenal empat stadium yang timbul akibat proses peradangan hati akut oleh
virus, yaitu masa tunas, fase prod moral, fase kuning, dan fase penyembuhan.
1. Masa Tunas
Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke
dalam tubuh sampai menimbulkan gejala klinis. Masa tunas dari masing-masing
penyebab virus hepatitis tidaklah sama. Kerusakan sel-sel hati terutama terjadi
pada stadium ini.
2. Fase Prodmoral (fase preikterik)
Fase ini berlangsung beberapa hari.
Timbul gejala dan keluhan pada penderita seperti badan terasa lemas, cepat
lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual, muntah, perasaan tidak enak
dan nyeri diperut, demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada
persendian (arthralgia), pegal-pegal diseluruh badan terutama dibagian pinggang
dan bahu (mialgia), dan diare. Kadang-kadang penderita seperti akan pilek dan
batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorokan. Karena keluhan diatas
seperti sakit flu, keadaan diatas disebut pula sindroma flu.
3. Fase kuning (fase ikterik)
Biasanya setelah suhu badan menurun,
warna urine penderita berubah menjadi kuning pekat seperti air teh. Bagian
putih dari bola mata (sklera), selaput lendir langit-langit mulut, dan kulit
berubah menjadi kekuningan yang disebut juga ikterik. Bila terjadi hambatan
aliran empedu yang masuk kedalam usus halus, maka tinja akan berwarna pucat
seperti dempul, yang disebut faeces acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum
melebihi 2 mg/dl. Pada saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita
sakit kuning atau hepatitis. Selama minggu pertama dari fase ikterik, warna
kuningnya akan terus meningkat, selanjutnya menetap. Setelah 7-10 hari, secara
perlahan-lahan warna kuning pada mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini,
keluhan yang ada umumnya mulai berkurang dan penderitamerasa lebih enak. Fase
ikterik ini berlangsung sekitar 2-3 minggu. Pada usia lebih lanjut sering
terjadi gejala hambatan aliran empedu (kolestasis) yang lebih berat sehingga
menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama.
4. Fase
penyembuhan (konvaselen)
Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang.
Penderita merasa lebih segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya penyembuhan
sempurna secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu sekitar 6 bulan
setelahtimbulnya penyakit.
Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik seperti diatas. Pada
sebagian orang infeksi dapat terjadi dengan gejala yang lebih ringan
(subklinis) atau tanpa memberikan gejala sama sekali (asimtomatik). Bisa jadi
ada penderita hepatitis yang tidak terlihat kuning (anikterik). Namun, ada juga
yang penyakitnya menjadi berat dan berakhir dengan kematian yang dinamakan
hepatitis fulminan.
Hepatitis fulminan ditandai dengan warna kuning atau ikterus yang bertambah
berat, suhu tubuh meningkat, terjadi perdarahan akibat menurunnya faktor
pembekuan darah, timbulnya tanda-tanda ensefalopati berupa mengantuk, linglung,
tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, dan akhirnya kesadaran menurun
sampai menjadi koma. Kadar bilirubin dan transaminase (SGOT, SGPT) serum sangat
tinggi, juga terjadi peningkatan sel darah putih (leukositosis). Keadaan ini
menandakan adanya kematian (nekrosis) sel parenkim hati yang luas.
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis Pemeriksaan
laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk
memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ
hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari
atas tes serologi dan tes biokimia hati,diantaranya:
Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan
nilai untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
AST(SGOT atau ALT(SGPT) :
awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun
Darah lengkap : SDM
menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati atau
mengakibatkan perdarahan)
Leucopenia :
trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
Diferensial darah lengkap
: lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
Alkali fosfatase : agak
meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
Albumin serum : menurun
Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan
diagnostic sebelum terjadi gejala kinik
Massa protrombin :
mungkin memanjang (disfungsi hati)
Bilirubin serum : diatas
2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler)
Tes eksresi BSP : kadar
darah meningkat
Biopsi hati : menentukan
diagnosis dan luasnya nekrosis
Scan hati : membantu
dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi
Pengobatan
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah
baring selama fase akut penting di lakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi
ksrbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat di makan oleh
penderita. Pemberian makanan secara intra vena mungkin perlu di berikan selama
fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu di
batasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronis atau Hepatitis C
kronis simptomatik adalah terapi anti virus dengan interferon- α. Terapi antivirus
untuk Hepatitis B kronis ini memiliki resiko terrtinggi untuk berkembangnya
sirosis. Kecepatan respon yang terjadi bervariasi dan lebih besar kemungkina
berhasil dengan durasi infeksi yang lebih pendek. Penderita imunosupresi dengan
Hepatitis B kronis serta anak – anak yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak
berespons terhadap terapi interferon. Tranplantasi hati merupakan terapi
pilihan bagi penyakit stadium akhir, meskipun terdapat kemungkina yang tinggi
untuk terjadinya reinfeksi hati yang baru.
Komplikasi
hepatitis
Sirosis dan Kanker Hati Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis
B danC merupakan penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat berakhir pada
sebagai tempat berkembang biak.Ketika tubuh menyerangvirus
ini dengan mengirim limfosit (sejenis sel darah putih) ke hati, terjadilah peradangan.
Peradangan ini adalah respons yang normal terhadap infeksi. Namun, bila hal itu terus berlangsung,zat-zat kimia
yang dikeluarkan limfosit dapatmenyebabkan
kerusakan sel hati. Jika sel hati rusak,maka tidak dapat berfungsi dengan baik
dan mati .
Beberapa dari sel hati ini dapat
tumbuh kembali, tetapi perusakan yang parah dapat berakibat pada
terjadinya fibrosis (terbentuknya jaringan parut pada hati). Fibrosis
menyebabkan kemunduran semua fungsi hati .Bila diteruskan, jaringan parut akan mengeras dan menggantikan
sebagian besar sel hati yang normal.
Kondisi ini disebut sirosis—istilah medis untuk pengerasan hati.
Bila seseorang mengalami sirosis, itu
berarti bahwa sebagian besar
hatinya telah rusak dan tidak bisa berfungsi lagi dengan normal.Sirosis bisa sangat berbahaya bila tidak ditangani
dengan benar dan bisatidak terdeteksi
hingga bertahuntahun lamanya. Sebagian besar orang yangterinfeksi hepatitis tidak
menunjukkan gejala sehingga disebut sebagai silentdisease.Padahal, jika
tidak ditangani dengan baik, sekitar 15-20 tahun mendatang bisa menyebabkan kelainan hati serius
seperti sirosis dan juga kanker hati.Sebagian
besar penderita hepatitis baru mengetahui jika dirinya terinfeksi saatmelakukan
pemeriksaan kesehatan (medical chek up) atau saat mau donor darah.
Pencegahan
Pencegahan adalah cara awal yang
dapat dilakukan untuk menghambat suatu penyakit menyerang tubuh kita. Sama
halnya dengan hepatitis dapat dilakukan pencegahan sesuai dengan jenis virus
penyebabnya sebagai berikut.
Terhadap virus hepatitis A
1)
Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya
karier dari virus tipe A yang sulit ditetapkan.
2)
Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk
klorinasi. Sanitasi yang sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang
baik sangat penting. Tinja, darah, dan urin pasien harus dianggap infeksius.
Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar 2 minggu sebelum ikterus.
Terhadap virus hepatitis B
1)
Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt
disterilkan dari virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi
donor darah.
2)
Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi
hepatitis B dilakukan terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada
ibu-ibu hamil.
Pencegahan dengan immunoglobulin
Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa
memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih
diragukan kegunaannya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB im dan ini dapat
mencengah timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka yang dicurigai
ada kontak dengan pasien (Arif
mansjoer, 2001: 513).
Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi, dikarenakan
keterbatasan pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia imunisasi pasif
dan aktif untuk HAV maupun HBV. CDC (2000) telah menerbitkan rekomendasi untuk
praktik penberian imunisasi sebelum dan sesudah pejanan virus (Price dan
Wilson, 2005: 492).
Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun,diberikan
sebagai perlindungan sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti
HAV. Profilaksis sebelum pejanan dianjurkan untuk wisatawan manca negara
yang akan berkunjung ke negara-negara endemis HAV. Pemberian IG pasca pajanan
bersifat efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan infeksi HAV. Dosis
0,02 ml/kg diberikan sesegara mungkin atau dalam waktu dua minggu setelah
perjalanan. Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang
tinggal serumah, sftaf pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan
wisatawan ke negara berkembang dan tropis (Price dan wilson, 2005: 492).
HBIG merupakan obat terpilih
untuk profilaksis pasca pajanan jangka pendek. Pemberian vaksin HBV
dapat dilakukan bersamaan untuk mendapatkan imunitas jangka panjang, bergantung
pada situasi pajanan. HBIG (0.06 ml/kg) adalah pengobatan terpilih untuk
mencegah infeksi HBV setelah suntikan perkutan (jarum suntik) atau mukosa
terpajan darah HbsAg posotif. Vaksin HBV harus segera diberikan dalam waktiu 7
sampai 14 hari bila individu yang terpajan belum divaksinasi (Price dan Wilson,
2005: 493).
Petugas yang terlibat dalam
kontak risiko tinggi (misal pada hemodialisis, transfusi tukarm dan
terapi parental) perlu sangat berhati-hati dalam menangani peralatan dan
menghindari tusukan jarum. Tindakan dalam masyarakat yang penting untuk
mencegah hepatitis mencakup penyediaan makanan, dan air bersih yang amam serta
sistem pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk memperhatikan higiene
umum, mencuci tangan, membuang urin dan feses pasien yang terinfeksi secara
aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai akan
menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring
terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor (Price dan
Wilson, 2005: 493).